Jumlah pengguna kendaraan roda empat di Indonesia semakin melonjak. Setiap tahun pula merk kendaraan roda empat berlomba-lomba mengeluarkan produk terbaru mereka dengan segala kecanggihannya. Dan bila setiap tahun ada kendaraan baru yang meramaikan jalanan Indonesia, maka setiap tahun tak terhitung pula banyaknya ban kendaraan roda empat yang diganti karena sudah gundul. Pernahkan terpikirkan oleh kita, kemana ban-ban bekas yang tidak terpakai ini akan berakhir ? Mari simak Catatan Si Goiq kali ini :)
Ban mobil yang sudah tidak terpakai banyak diolah menjadi produk kerajinan. Salah satu diantaranya adalah sandal bandol yang banyak di produksi di Banyumas. Adalah Bapak Madseh yang memprakasai pembuatan sandal bandol di Banyumas pada tahun 1950-an. Bandol sendiri merupakan singkatan dari ban bodol yang merupakan bahan baku utama dari sandal bandol ini. Hingga kini produksi sandal bandol di Banyumas masih terus berjalan meskipun mengalami pasang surut. Salah satu yang masih terus melakoninya adalah Bapak Daryanto.
Pak Daryanto yang kelahiran 1963 ini berasal dari Pasir Kidul dan sekarang berdomisili di Keniten sekaligus tempatnya memproduksi sandal bandol. Pada awalnya semua terasa aman-aman saja bagi Pak Daryanto saat memulai usaha sandal bandol ini karena belum banyak pengrajin sandal bandol seperti sekarang. Sekarang hampir tiap rumah di sekitar tempat tinggal Pak Daryanto memproduksi sandal bandol sehingga berimbas pada perang harga yang tidak bisa dikendalikan. Pak Daryanto sempat memiliki 20 orang karyawan yang membantunya memproduksi sandal bandol, tapi sekarang Pak Daryanto memutuskan meneruskan usaha hanya berdua dengan sang istri. Bila awalnya Pak Daryanto memproduksi sandal bandol secara massal, kini Pak Daryanto lebih memfokuskan memproduksi sandal bandol limited edition.
Sandal bandol limited edition ini hanya di produksi secara terbatas atau sesuai dengan pesanan pembeli. Memfokuskan diri pada produksi sandal bandol limited edition ini memang merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi Pak Daryanto. Karena harga sepasang sandal bandol limited edition ini bisa mencapai Rp.75.000,-/pasangnya. Bandingkan bila pak Daryanto menjual harga sandal bandol produksi massal, yang mana harga per kodinya sekitar Rp.300.000,- dan perkodi terdiri dari 20 pasang. Perbedaan yang lumayan bukan ? Dengan memfokuskan diri pada sandal limited edition ini, pak Daryanto bisa mengutamakan kualitas sandal bandol yang diproduksinya. Untuk proses produksi pak Daryanto mengaku bisa menyesuaikan keinginan konsumen. Bila konsumen ingin buru-buru, maka pak Daryanto bisa mengusahakan produksi secepatnya.
Keunggulan sandal bandol ini adalah daya tahannya yang sangat baik. Karena karet ban yang digunakan sebagai bahan baku ini memang sifatnya lentur dan tahan lama. Bahan baku pembuatan sandal bandol ini Pak Daryanto dapatkan dari pengepul di Gunung Putri, dimana harga perkilonya Rp.4.000 - Rp.5.000,-. Pak Daryanto tidak menggunakan paku untuk pembuatan sandal bandol. Proses penyambungan digunakan dengan lem atau sol. Untuk hasil sandal secara keseluruhan ngga usah ditanya, sandalnya rapi dan nyaman saat dipakai. Konsumen pak Daryanto saat ini justru lebih banyak berasal dari luar Banyumas. Harga sandal bandol yang dijual oleh Pak Daryanto bervariasi mulai dari Rp,25.000 hingga Rp.75.000,-
Untuk memperkuat pemasarannya, Pak Daryanto sudah memanfaatkan jasa penjualan online dengan menggunakan brand Bandolan Banyumas melalui website BandolanBanyumas.com . Adalah Arief yang sudah terlebih dahulu eksis dengan penjualan kaos khas Banyumas dablonganclothing.com yang kemudian menantang Pak Daryanto untuk melakukan penjualan secara online. Rebranding pun dilakukan di mana Arief mematok standar produksi yang bagus, berkarakter dan eksklusif. Proses rebranding ini baru berjalan 3 bulan dan mendapatkan respon yang baik. Salah satu produk sandal yang mendapat respon positif adalah sandal bandol dengan motif batik khas Banyumas. Bahan batik juga diambil dari pengrajin lokal sehingga juga menguntungkan sentra industri lokal lainnya. Awalnya Arief menjual sandal Dablongan Banyumas produksi Pak Daryanto di kiosnya. Melihat respon bagus dari pembeli yang kebanyakan berasal dari luar daerah, Arief pun memutuskan untuk membuatkan website tersendiri untuk melayani penjualan Bandolan Banyumas ini.
Kegigihan Pak Daryanto untuk tetap memproduksi dan memperkenalkan sandal bandol khas Banyumas ini tentunya patut untuk diacungi jempol. Walaupun langkah menuju kesuksesan masih terus dirintis, tapi semangat berkarya Pak Daryanto seperti tak pernah padam. Karena itulah saya ingin mengajak teman-teman untuk ikut berperan mendukung brand lokal berkualitas ini. Kalau berminat dengan sandal Bandolan Banyumas produksi pak Daryanto, teman-teman bisa memesannya ke :
Pak Daryanto
085235878898
Alamat : Keniten RT.2 RW.4 Banyumas, Purwokerto
inspiratif, kreatif, sayang harus bersaing dg sandal pabrikan, semangatttt
ReplyDeletemudah-mudahan Sandal Bandolan bisa lebih dikenal
DeleteInspiratif...
ReplyDeleteayo mbak ajak akang ke Purwokerto
Deletekayaknya bentuk sandal ban-nya model baru daripada yg pernah saya liat sebelum2nya,
ReplyDeleteutk sandal yg dari ban yg biasa dijual berkeliling, salah satu nilai minusnya adalah paku-nya pating cerangap (kurang rapi dalam memasang paku), sehingga membahayakan penggunanya.
utk yg ini kayaknya udah ada perbaikan dari yg lama..
iya, untuk rebrand sandal Bandolan Banyumas ini tidak memakai paku.
DeleteBukan hanya memanfaatkan Ban Bekas, namun juga produknya cukup halus seperti buatan pabrik. Jadi gak malu juga kalo dipake ke Mall...berkelas lah pokoknamah sendalnya
ReplyDeletebetul.. produknya halus banget
DeleteSungguh inspiratif, bisa memanfaatkan sampah yang masih bisa dipakai sebagai barang berguna. Kemarin tahu sekilas tentang sandal bandol dari mas Pradna, trus baca tulisanmu yang lebih detail. Jadi kepingin beli sandal itu kalo mlipir Purwokerto lagi ^^
ReplyDeletengga harus ke Purwokerto kok. Bisa beli online juga :)
Deleteinilah keratif dari bahan bekas menjadi dua jempol harus diberikan pada bapak ini
ReplyDeletebetul..dua jempol untuk Pak Daryanto :)
DeleteApik sendale ya, Mas. . .
ReplyDeleteWarnanya kawula muda bangeet. . . :D
Btw, selisih harganya bisa njomplang gitu, ya. Kenapa ngga bikin kesepakatan harga saja?
Karena permintaan tentu saja tidak sebanding dengan banyaknya pengrajin. Jadilah terjadi perang harga. Tidak sedikit pengrajin yang gulung tikar dan dililit hutang karena usahanya merugi mbak
DeleteSemoga Pak Daryanto siap menghadapi MEA ( Masyarakat Ekonomi Asean ). Dan semoga mas Arif Burhanudin tetap setia mendampingi beliau dalam mengembangkan dan melestarikan Sandal Bandol Khas Banyumas.
ReplyDeleteAamiin
DeleteKreatif, semoga akan lahir ide2 untuk membuat produk baru selain sandal dari ban bekas.
ReplyDeleteAamiin..
DeleteLuar biasa ide Pak Daryanto, dari Ban Bekas bisa jadi sendal yg awt. Benera baru tahu kemarin
ReplyDeletesayapun baru tahu mas Komed
DeleteCakep ya.. eh tapi modelnya mmg untuk cowok aja ya
ReplyDeletengga kok Ling, buat cewe juga bisa. tergantung pesanan pokoknya
Deleteih keren banget sandal dari bannya. yang limitednya harus di bnyaki.
ReplyDeletesetuju
DeleteCakep sandal nya dari ban bekas itu
ReplyDeleteiya mas Cumi.. cakep dan harus diperkenalkan pada khalayak
DeleteSangat kreatif memanfaatkan barang-barang bekas (y)
ReplyDeletebanyak tangan-tangan terampil yang menyulap limbah jadi emas. Tapi mereka mungkin kurang terekspos
Deletemau pesen satuuuuu
ReplyDeletemonggo Mil
Deletewuaahhh ga kliatan dr ban bekas.... aku prnh liat bengkel yg merubah ban bekas jd sendal di ho chi minh... tapi bntuk sendalnya jelek bgttt... kliatan lah itu ban bekas... kita yg ngeliat juga ga napsu utk beli ;p
ReplyDeletebener mbak. ini bikinan Pak Daryanto rapi banget. aku aja kaget.
DeleteIni namanya Upcycle, setingkat lebih tinggi dari recycle karena ada nilai tambah yang diberikan pada ban bekasnya.
ReplyDeleteSemoga niat baik Goiq untuk memperkenalkan usaha keren pak Daryanto dibalas oleh Allah SWT.
Aamiin..
Deletesungguh menginspirasi
ReplyDeletemudah-mudahan menggugah orang-orang untuk memesan sandal Bandol nya pak Daryanto
DeleteTerimakasih, Semoga Bermanfaat
ReplyDeleteini yang namanya Padi semakin menunduk semakin berisi,,, makin tua makin kreatif :D
ReplyDeleteArtikel yang sangat bagus
ReplyDelete