Karena saya suka buku Cintapuccino, makanya saya bela-belain mantengin kabar film nya dari jauh-jauh hari. Penasaran banget pengen tahu apa filmnya sama bagusnya seperti bukunya. Tapi sayangnya ternyata saya cukup kecewa dengan filmnya... Ini hasil review saya :
Rahmi ( Sissy Priscilia )
Image Rahmi sebenernya udah cukup ngena sama Sissy. Tapi sayang banget, inti cerita dalam buku ini kan obsesi Rahmi sama tokoh Nimo selama belasan tahun. Nah obsesi ini yang ga keliatan dalam film ini. Trus ngga ada perubahan yang signifikan antara tokoh Rahmi jaman SMA dengan Rahmi setelah lulus kuliah beberapa tahun kemudian.
Nimo ( Miller )
Saya ngomong gini bukan karena sentimen atas kasus pemukulan wasit Indonesia sama polisi diraja Malaysia loh. Tapi menurut saya, karakter Nimo yang di perankan Miller bener-bener ngga kena. saya juga cukup terganggu dengan aksen nya Miller di film ini. Memang sih bukan salah Miller nya secara dia emang orang Malaysia. Tapi secara keseluruhan Nimo yang kalem, dingin, cuek, dan angkuh ngga keluar di diri Miller. Oh ya satu hal lagi, kok Miller di film jadi rada-rada mirip Roger Danuarta yak ???
Raka ( Aditya Herpavi )
Dunia Adit dengan raka sebenernya udah mendekati. Raka yang seorang reporter TV dan Adit yang presenter sebenernya udah satu dunia. Tapi penampilan Adit di film Cintapuccino menurut saya masih rada jaim. Trus di ujung cerita Raka ngelepas Rahmi, menurut saya terlalu cengeng.
Alin ( Nadya Saphira )
Kalau saya ngga salah informasi nadya saphira tadinya di plot untuk jadi Rahmi dalam film ini. Tapi ngga tau kenapa berubah ke Sissy. Tapi Nadya disini udah cukup oke meranin Alin.
Secara keseluruhan saya cukup kuciwa dengan film ini. Ngga seperti yang saya harapkan. Padahal nama besar Rudy Soedjarwo saya pikir bakal bikin film ini punya nilai lebih. Banyak yang ngga sesuai dengan buku, trus adegan-adegan pertemuan Rahmi dengan Raka di kalimantan juga tidak ada. Padahal mestinya cerita itu jangan di hilangkan karena itu merupakan hal yang penting. Penting karena ada kata-kata raka danang Sudiro seorang pahlawan. Pahlawan yang menyembuhkan obsesi rahmi terhadap Nimo. Trus jalan cerita juga terkesan datar dan hampir tidak ada konflik di dalamnya. Hmmm sejauh ini, cuma itu yang bisa saya kritik. Tapi terlepas dari kritikan saya ini, tetap saja masih banyak hal-hal yang saya rasa sudah nikmat untuk di tonton. Memang mengkritik lebih mudah dibandingkan menggarap film ini. Saya pun kalau di suruh ikut menggarap film ini belum tentu bisa bikin hasil yang sempurna. tapi dengan adanya kritik, orang jadi tidak mudah berpuas diri dan sadar kalau manusia itu penuh dengan kekurangan....