Akhirnya perjalanan dinas saya ke 5 kota di Sumatera dan sekitarnya berakhir juga tadi malam. Sebenarnya ada niat untuk langsung posting blog saat berada di hotel yang saya inapi. Akan tetapi rasa lelah karena pekerjaan membuat saya cepat sekali terlelap saat tiba dikamar hotel. Maka tidak ada satupun postingan yang berhasil update selama dalam perjalanan. Banyak sekali cerita dan pengalaman baru yang saja jumpai dalam perjalanan dinas kali ini. Salah satunya adalah pertama kali saya naik pesawat propeller.
Dari kecil saya suka naik pesawat, bahkan sempat bercita-cita ingin menjadi pilot atau crew airlines supaya saya bisa melihat pesawat setiap hari dari dekat. Sejak kecil pula, orang tua saya selalu mengajak kami sekeluarga bepergian dengan menaiki pesawat terbang. Anehnya, walaupun saya suka pesawat dan sudah puluhan kali naik pesawat tapi saya tidak pernah benar-benar merasa nyaman terbang dengan pesawat. Hanya saja rasa suka dengan pesawat itu berhasil mengalahkan ketidaknyamanan saya bepergian melalui jalur udara. Buktinya ketika saya harus terbang ke Batam via Palembang dimana ada dua maskapai yang melayani penerbangan langsung dirute tersebut, saya memilih Wings Air yang notabene mengoperasikan pesawat propeller dibandingkan dengan Batavia yang menggunakan pesawat Boeing.
Bagi banyak orang, naik pesawat propeller
itu mungkin menakutkan. Kalau ada pilihan lain dibandingkan naik pesawat
propeller mungkin orang lain akan memilih pesawat jenis lainnya. Hal tersebut
sebenarnya juga saya rasakan sendiri. Tapi sekali lagi, rasa cinta saya dengan
pesawat terbang membuat saya menyingkirkan rasa takut itu. Ketika panggilan
boarding berkumandang, saya sudah berada dibarisan paling depan. Saya ingin jeprat jepret pesawat sepuasnya dari kamera ponsel saya. Saking asyiknya foto, beberapa
orang sudah mendahului saya masuk kedalam pesawat. Hahaha... Untuk pesawat ATR
72-500 yang dioperasikan oleh Wings Air ini, kita masuk kedalam pesawat hanya
melalui pintu belakang. Konfigurasi tempat duduknya adalah dua kursi sebelah
kiri dan dua kursi sebelah kanan. Tempat bagasi diatas tempat duduknya sangat
sempit sehingga ransel saya harus dititipkan kepada pramugari dibelakang
pesawat dan diambil dibawah tangga saat pesawat telah mendarat.
Pada saat pesawat berjalan menuju
landasan, saya merasa seperti tidak sedang naik pesawat terbang. Karena saya
merasa pesawat ini sangat pendek sehingga lebih merasa sedang naik bus saja.
Setelah terbang, barulah saya merasakan seperti sedang naik pesawat yang
sesungguhnya. Pada saat penerbangan, saya nyaris tidak merasakan kalau sedang
menaiki pesawat propeller. Rasanya beda tipis saja ketika saya menaiki pesawat
Boeing. Saya juga baru tahu kalau dipesawat Wings Air ini menjual makanan
berat. Penumpang disebelah saya membeli makanan yang dari baunya seperti ayam
goreng di restoran siap saji. Dalam perjalanan dinas ke 5 kota ini, saya sempat
dua kali menaiki pesawat propeller Wings Air ini. Pertama dari Palembang menuju
Batam dan kedua dari Batam menuju Pekanbaru. Awalnya saya ingin sekali mencoba
naik pesawat propeller Fokker 50 yang dioperasikan oleh maskapai Pasific Royale
untuk rute Batam menuju Pekanbaru, sayangnya jadwal penerbangan Pasific Royale
menuju Pekanbaru hanya ada di sore hari yang artinya tidak cocok dengan jadwal
dinas saya. Mudah-mudahan lain kali saya punya kesempatan untuk mencobanya...